Zona tumbukan laut Maluku sebelah utara busur Banda merupakan zona tumbukan antara busur kepulauan yaitu busur Sangihe di sebelah barat dan busur Halmahera di sebelah timur. Di bawah zona tumbukan Laut Maluku yang memanjang dalam arah utara-selatan ini telah diamati adanya suatu penunjaman slab dari lempeng laut Maluku dengan konfigurasi penunjaman yang sangat unik, dimana slabdari lempeng yang sama menunjam ke dua arah yaitu barat dan timur berbentuk seperti U terbalik (Widiyantoro, 2007).
Sementara yang lebih kompleks dan rumit adalah penunjaman pada pertemuan antara beberapa lempeng yang terjadi dibagian utara pulau Sulawesi dan kawasan Laut Maluku. Di kawasan ini terdapat subduksi ganda, akibat subduksi (penunjaman) lempeng Pasifik terhadap lempeng Eurasia menimbulkan dua busur melengkung yang arahnya berbeda, yaitu busur Halmahera dan Busur Mayu-Sangihe. Busur Mayu sejajar dengan Halmahera, menunjam ke arah timur. Sedang Busur Halmahera menunjam ke barat mengarah ke Filipina dan Perairan Maluku.
Gempa yang terjadi di Maluku, tepatnya di Halmahera pada 2014 silam diperkirakan disebabkan oleh subduksi ganda antara Lempeng Halmahera di sebelah timur dan Lempeng Mayu-Sangihe di sebelah barat. Hubungan tektonik antara Lempeng Halmahera, Lempeng Sangihe, Busur Vulkanik Halmahera, dan Busur Sangihe sangatlah rumit. Hubungan tektonik mereka telah membentuk Zona Tabrakan Maluku, dimana litosfer pada Laut Maluku terus masuk ke dalam bumi karena adanya subduksi dari Lempeng Halmahera di sebelah timur yang terus bergerak menunjam ke barat dengan kecepatan 6.7 cm/tahun dan juga karena subduksi dari Lempeng Sangihe di sebelah barat yang terus bergerak menunjam ke arah timur dengan kecepatan 1.7 cm/tahun. Dua subduksi lempeng tersebut menyebabkan adanya gaya kompresi dari arah barat dan dari arah timur yang mengakibatkan dua lempeng saling menekan dan menyebabkan terjadinya sesar naik (thrust fault) yang menjadi penyebab utama gempa di daerah tersebut. Dikarenakan penunjaman kedua lempeng tersebut, terjadi banyak gempa dangkal dengan kedalaman kurang dari 50 km di sekitar Laut Maluku.
Referensi:
- Pasau. G, Tanauma. A. 2011. Pemodelan Sumber Gempa Di Wilayah Sulawesi Utara Sebagai Upaya Mitigasi Bencana Gempa Bumi. Manado: Universitas San Ratulangi
- Pasau.G, Tanauma. 2011. Respons Spektra Gempa Bumi Di Batuan Dasar Kota Bitung Sulawesi Utara Pada Periode Ulang 2500 Tahun. Manado: Universitas San Ratulangi
- [Online] Rovicky. 2014. Laut Maluku Digoyang Dua Subduksi. Dongenggeologi.wordpress.com
- [Online] Zona Tabrakan Laut Maluku. 2014. id.wikipedia
- [Online] Lempeng Halmahera. 2014. id.wikipedia
Wahyu Kusdyantono, Geofisika 2012