Merupakan sebuah hal yang sangat menarik jika membahas mengenai Pulau Papua. Salah satu gugus kepulauan besar yang dimiliki Indonesia ini merupakan pulau yang kaya akan potensi sumber daya alamnya. Tetapi pembahasan yang dilakukan disini bukan tentang kekayaan yang dimiliki oleh bumi Papua, melainkan keunikan dari bentuk pulaunya, terutama di bagian barat yang menyerupai kepala burung.

Secara administratif, Pulau Papua terletak pada posisi 130° 19’BT – 150° 48’ BT dan 10° 19’ LS – 10° 43’ LS. Menurut penelitian, 60 juta tahun yang lalu Pulau Papua masih berada di dasar lautan, dan tergolong sebagai pulau termuda di dunia, terbentuk dari endapan (Sedimentation) benua Australia dan pertemuan/tumbukkan antara lempeng Eurasia (Sunda Shelf) dan lempeng Indo-Australia (Sahul Shelf) serta lempeng Pasifik sehingga mengangkat endapan tersebut dari dasar laut Pasifik yang paling dalam ke atas permukaan laut menjadi sebuah daratan baru di bagian Utara Australia.

Menurut Smith (1990), perkembangan Tektonik Pulau Papua dapat dipaparkan sebagai berikut:

Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen (35– 5 juta tahun yang lalu)

Pada bagian belakang busur Lempeng Indo-Australia terjadi pemekaran yang mengontrol proses sedimentasi dari kelompok Batugamping Papua Nugini selama Oligosen – Awal Miosen dan pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus.

Geofisiana 1.2

Keadaan Pulau Papua Pada 30 ma Middle Oligocene

Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas penunjaman, membentuk perkembangan Busur Melanesia pada bagian dasar kerak samudera selama periode 44 – 24 juta tahun yang lalu. Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang terjadi pada Oligosen – Awal Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan, Komplek Porphir West Delta – Kali Sute di Kepala Burung Papua.

Selanjutnya pada pertengahan Miosen terjadi pembentukan ophiolit pada bagian tepi selatan Lempeng Samudera Solomon dan pada bagian utara dan Timur Laut Lempeng Indo-Australia. Kejadian ini membentuk Sabuk Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung Papua diekspresikan oleh adanya Formasi Tamrau.

Pada Akhir Miosen terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng Samudera Solomon ke arah utara, membentuk Busur Melanesia dan ke arah selatan masuk ke lempeng Indo-Australia membentuk busur Kontinen Calc Alkali Moon – Utawa dan busur Maramuni di Papua Nugini.

Periode Miosen Akhir – Plistosen (15 – 2 juta tahun yang lalu)

Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi utara Lempeng Indo-Australia di Papua Nugini sangat dipengerahui oleh karakteristik penunjaman dari Lempeng Solomon. Pelelehan sebagian ini mengakibatkan pembentukan Busur Maramuni dan Moon-Utawa yang diperkirakan berusia 18 – 7 Juta Tahun yang lalu. Busur Vulkanik Moon ini merupakan tempat terjadinya prospek emas sulfida ephitermal dan logam dasar seperti di daerah Apha dan Unigolf, sedangkan Maramuni di utara, Lempeng Samudera Solomon menunjam terus di bawah Busur Melanesia mengakibatkan adanya penciutan ukuran selama Miosen Akhir.

Geofisiana 1.3

Keadaan Pulau Papua pada 15 ma Midle Miocene

Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Indo-Australia terus berlanjut dan pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan tumbukan di perbatasan bagian utara dengan Busur Melanesia. Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal busur kepulauan Gunung Api dan sedimen depan busur membentuk bagian “Landasan Sayap Miosen” seperti yang diekspresikan oleh Gunung Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak.

Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur antara Busur Melanesia dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh Busur Gunung Api Mandi dan Arfak terus berlangsung hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan akhir dan penunjaman dan perkembangan dari busur Moon – Utawa. Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan dari bentukan tertutup dari barat ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu – Zona Patahan Markam. Pasca tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan ditafsirkan terjadi sepanjang Sorong, Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna, membentuk kerangka tektonik di daerah Kepala Burung. Hal ini diakibatkan oleh pergerakan mencukur dari kepala tepi utara dari Lempeng Australia.

Geofisiana 1.4

Keadaan Pulau Papua Pada 5 ma Early Pliocene

Kejadian yang berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini menggambarkan bahwa pada Akhir Miosen usia bagian barat lebih muda dibanding dengan bagian timur. Intensitas perubahan ke arah kemiringan tumbukan semakin bertambah ke arah timur.

Akibat tumbukan tersebut memberikan perubahan yang sangat signifikan di bagian cekungan paparan di bagian selatan dan mengarahkan mekanisme perkembangan Jalur Sesar Naik Papua. Zona Selatan tumbukan yang berasosiasi dengan sesar serarah kemiringan konvergensi antara pergerakan ke utara lempeng Indo-Australia dan pergerakan ke barat lempeng Pasifik mengakibatkan terjadinya resultante NE-SW tekanan deformasi. Hal itu mengakibatkan pergerakan evolusi tektonik Papua cenderung ke arah Utara – Barat sampai sekarang.

Kejadian tektonik singkat yang penting adalah peristiwa pengangkatan yang diakibatkan oleh tumbukan dari busur kepulauan Melanesia. Hal ini digambarkan oleh irisan stratigrafi di bagian mulai dari batuan dasar yang ditutupi suatu sekuen dari bagian sisi utara Lempeng Indo-Australia yang membentuk Jalur Sesar Naik Papua. Bagian tepi utara dari jalur sesar naik ini dibatasi oleh batuan metamorf dan teras ophilite yang menandai kejadian pada Miosen Awal.

Perbatasan bagian selatan dari sesar naik ini ditandai oleh adanya batuan dasar Precambrian yang terpotong di sepanjang Jalur Sesar Naik. Jejak mineral apatit memberikan gambaran bahwa terjadi peristiwa pengangkatan dan peruntuhan secara cepat pada 4 – 3,5 juta tahun yang lalu (Weiland, 1993).

Selama Pliosen (7 – 1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I, yaitu suatu tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi.

Selama pliosen (3,5 – 2,5 juta tahun yang lalu) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Indo-Australia yang diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum. Menurut Smith (1990), sebagai akibat benturan lempeng Indo-Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak.

Geofisiana 1.5

Keadaan Pulau Papua Pada Zaman Sekarang

 

Referensi:

  • Darman, Herman dan F.Hasan Sidi. An Outline of Geology of Indonesia. IAGI. 2000.
    Dow, Robinson, et al. Preliminary Geological Report: Geology of Irian Jaya. Departemen of Mines and Energy Indonesia & The Australian International Development Assistance Bureau.
  • Hamilton, Warren. Tectonic of The Indonesian Region. United State Government Printing Office. Washington. 1979.
  • Van Bemelen, 1949. The Geology of Indonesia.
  • Nawipa, Demianus. Tektonik Geologi Papua. [Online] Available at: https://demimaki.wordpress.com/biokisah/tektonik-geologi-papua/ . [Accessed on November 21st 2015]

Leave a comment

Your email address will not be published.