Presentasi Paper di (EAGE) London 2013
Teman Seangkatan Sibuk Sidang, Saya Masih Kuliah? Tak Masalah
Hai, Mahasiswa Geofisika! Perkenalkan, nama saya Putri Supriandini, mahasiswi geofisika UGM angkatan 2009, yang masih sibuk kuliah. Di saat teman-teman seangkatan saya sibuk mengurus sidang, sibuk mengurus yudisium, bahkan ada yang sekarang sibuk mencari kerja, saya masih sibuk kuliah. Mengapa demikian? Di sini saya mencoba untuk membuat tulisan tentang presentasi paper saya di event European Association of Geoscientist and Engineering (EAGE) London 2013 yang saya ikuti Juni 2013 lalu. Paper saya lolos di EAGE London 2013 dan saya berkesempatan untuk mempresentasikannya dalam bentuk poster.
Paper yang saya presentasikan di EAGE London 2013 adalah hasil kerja keras saya selama menjadi siswa pertukaran pelajar di tahun 2012. Pertukaran pelajar yang saya ikuti adalah program dari Erasmus Mundus – EUNICE. Melalui program ini, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga yang tidak akan mungkin saya dapatkan di bangku perkuliahan. Selama 2012, saya bergabung di Laboratorium Marine Geology and Geophysics, Universitas Aveiro, Portugal. Dengan bimbingan profesor saya, saya banyak mengikuti proyek kegeofisikaan seperti pengalaman akuisisi seismik kelautan di offshore Galicia Spanyol selama 2 minggu, melakukan riset di laboratorium dari pagi hingga malam. Dari salah satu proyek yang saya jalani di Portugal inilah saya berkesempatan untuk mempresentasikan paper pertama saya di London.
Akhir 2012, saya pulang ke Indonesia dengan membawa hasil dari proyek tersebut. Saya dan profesor saya pun berdiskusi tentang mempublikasikan hasil kerja kami. Beliau pun setuju, dan saya pun mulai menulis abstraksi. Maret 2013, kami mendapat kabar bahwa abstraksi kami diterima dan kami mendapat bagian untuk mempresentasikan poster di hari terakhir seminar. Saya menyelesaikan paper dan poster, dan profesor merevisi hasil pekerjaan saya. Selain bekerja untuk poster, saya pun sibuk mencari dana untuk pergi ke London. Alhamdulillah saya mendapat travel grant dari EAGE yang dapat menutup sebagian besar biaya yang saya butuhkan.
Berkarya di Kancah Internasional, Prestasi Nasional Jangan Dilupakan
Juara Kedua Geophysical Data Interpretation IUGC 2013
Selain sibuk mengurus segala keperluan saya untuk pergi ke London, saya juga saat itu sedang sibuk mempersiapkan diri sebagai wakil geofisika UGM di ajang Geophysics Smart Competition (GSC) yang diadakan UPN pada Mei 2013. Saya, bersama dengan Ninda (2010) dan Radit (2010) menjadi wakil untuk perlombaan ini. Menjadi wakil geofisika UGM merupakan beban berat bagi kami. Apalagi, saya dan Ninda bersama wakil UGM lainnya gagal mempertahankan juara pertama di IUGC (Indonesian Undergraduated Geophysics Competition) ITB Januari 2013 karena kalah empat poin dengan UPN. Oleh karena itu, kami tidak ingin mengecewakan geofisika UGM lagi. Berkat bimbingan dosen serta alumni, kami pun berhasil menjadi juara pertama di GSC UPN ini.
Juara Pertama Geophysics Smart Competition UPN
Poster Pink Kebanggaan
Setelah perlombaan selesai, saya pun kembali mengurus segala kebutuhan saya untuk pergi ke London. Profesor saya menyerahkan segala urusan poster dan presentasi kepada saya. Beliau memberitahukan bahwa beliau hanya akan hadir untuk menjadi chairman di salah satu sesi saja. Jadi, selain mempersiapkan poster, saya pun mempersiapkan diri saya untuk mempresentasikannya nanti. Sebagai penerima travel grant, saya diwajibkan mengikuti keseluruhan seminar. Jadwal presentasi poster saya adalah hari terakhir. Gugup? Pasti. Bagi saya, ini adalah presentasi ilmiah yang pertama. Hal yang paling mengejutkan, chairman pada sesi presentasi saya adalah profesor saya sendiri. Beliau memang memberitahu saya kalau beliau akan hadir disana untuk menjadi chairman di salah satu sesi, namun saya tidak menduga bahwa sesi yang beliau pegang adalah sesi dimana saya melakukan presentasi. Saya semakin gugup.
Presentasi Paper di (EAGE) London 2013
Tidak disangka, poster saya mendapat pujian karena poster saya satu-satunya yang berwarna pink di sesi itu. Empat poster lainnya berwarna putih dan hanya berukuran sekertas A0. Kami di perbolehkan membawa 2 poster berukuran A0, dan poster pink berukuran dua kali A0 saya menarik perhatian umum dan mendapat pujian bahwa membuat poster besar berwarna mencolok merupakan pilihan ‘pintar’ untuk menarik perhatian.
IPK Tinggi, Lulus Tepat 4 Tahun, Kuliah Tanpa Hambatan, untuk Apa Semua Itu?
Yang ingin saya tekankan, “Jangan takut untuk mencoba sesuatu yang baru”. Dulu, saya adalah mahasiswi yang ‘lurus’ dalam artian kuliah tanpa hambatan, IPK sangat tinggi, dan saya yakin saya mampu menyelesaikan kuliah saya tepat waktu. Lima semester saya jalani seperti itu, selalu memiliki IP sangat tinggi, prediksi lulus tepat 4 tahun, mendapat pekerjaan yang diinginkan, masa depan saya ‘lurus’. Namun, pertanyaan yang tiba-tiba muncul, “untuk apa?”. Untuk apa mempunyai IPK paling tinggi? Untuk apa lulus tepat 4 tahun? Untuk apa?
Dengan nekatnya, saya yang ‘lurus’ itupun akhirnya memilih untuk berbelok jalan dan keluar dari zona nyaman saya dengan mengikuti pertukaran pelajar. Walaupun saya harus kehilangan 1 tahun di perkuliahan saya, saya tidak pernah sedikitpun akan menyesali keputusan saya tersebut. Bahkan, saya juga senang, sebab tak disangka saya dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya. Mendengar bahwa saya merupakan mahasiswa pertama geofisika UGM yang mengikuti pertukaran pelajar, sahabat saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti jejak saya dan sekarang ia sedang menjalani pertukaran pelajar di Jepang. Semoga ada mahasiswa geofisika UGM ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya yang mengikuti jejak kami. Jangan takut untuk mencoba keluar dari zona nyaman kalian. Jika ada yang ingin menanyakan tentang pertukaran pelajar atau apapun, dapat menghubungi saya lewat email saya: putri.supriandini@gmail.com dan saya dengan senang hati akan menjawab pertanyaan kalian. Sekian.
12 thoughts to “IPK Bagus, 4 Tahun Lulus, Kuliah Hanya ‘Lurus-Lurus’, untuk Apa Semua Itu?”
Memang, kuliah lurus2 atau tidak itu adalah pilihan. Putri masih beruntung bisa keluar dari zona nyaman. Ada banyak mahasiswa lain yang tidak pernah bisa berada di zona nyaman, apalagi kuliah lurus dan dapat ipk tinggi.
Semuanya tergantung niat. Kuliah itu bisa untuk cari ilmu, modal kerja, pengalaman hidup, atau ketiga2nya, atau bahkan tidak dapat apa2.
Anyway, semoga ilmu & pengalamannya barokah & bermanfaat!
Setuju sama Ali Fahmi. Mungkin saya termasuk mahasiswa yang tidak pernah berada di zona nyaman tersebut. Bertahun-tahun harus membiayai kuliah sendiri, bergantung sepenuhnya pada sponsor dan beasiswa, saya boro-boro bisa berada di zona nyaman dan lulus 4 tahun. IPK mungkin bisa dipertahankan, tapi ada banyak juga mahasiswa yang harus cepat lulus supaya mereka tidak perlu bayar SPP tambahan.
Tentunya penulis juga punya poin yang bagus tentang kuliah itu harus berani ambil risiko, selama risiko itu secara cerdas diperhitungkan. Kesempatan ikut pertukaran pelajar pastinya harus diambil, karena itu bagus buat perkembangan secara personal dan profesional. Praktisnya, itu juga bagus buat CV. Satu tahun tinggal di luar negeri itu bisa menjadi satu tahun yang mengubah hidup, membuka wawasan dan memperluas jaringan pertemanan dan pekerjaan.
Anyway, selamat untuk prestasinya. Semoga bisa terus berkarya dan bermanfaat bagi kemanusiaan.
Hendra
(juga alumnus Erasmus Mundus 🙂
yup setuju sama mbak Putri, semoga banyak mahasiswa lain yang bisa terinsprasi dari kisah ini. Amin 🙂
Inspiring Put..!
Pengalaman baru… Apapun itu… akan menambah coret sketsa kehidupan kita kelak.. 🙂
Untungnya selama kuliah 12 semester aku lurus2 terus,jadinya masih mampu lulus meski dengan mengenaskan hehehehe
IPK (nggak) Bagus (bagus amat), 4 Tahun (lebih) Lulus, Kuliah (gak) Hanya ‘Lurus-Lurus’, untuk Apa Semua Itu?
Jawabanku : untuk diceritakan ke anak cucu, mbak 😀
Pengalamannya seru banget mbak
bisa jadi motivasi (bagi yg niat, hehehe)
inspirasi tetep dateng dari diri sendiri, tapi cerita kaya gini paling nggak bisa bikin orang lain iri. Termasuk saya 😀
aku kuliah lurus2 aja tapi nilai masih aja berantakan, nah gimana kalo gitu?? kalo aku lurus aja ipk berantakan gimana jadinya kalo keluar dari zona nyaman?? sekarang sih lagi mencoba keluar dari zona nyaman dengan mengikuti pkm, doakan saja berhasil!
mesin2011 unila
menginspirasi skali mbk Put…
bagus mbak idenya. ya , benar, karena hidup tak cuma harus menjadi birokrat yang mengikuti aturan yang dianggap ideal.
Wah menginspirasi sekali mbak.
Bolehlah sekali-kali kalau sedang di Milan berbagi cerita sama saya yang masih bingung bagaimana cara keluar dari hidup yang “lurus-lurus ” aja ini 🙂
Lakukan apa yg kmu suka, dan hal2 yg kamu ingin coba. Dimulai dari hal kecil n sepele. Sebaiknya tdk sendirian, biar rame n seru. Tapi ingat, ada saatnya nanti kita harus kembali ke jalan yg lurus…
Semangaaat Zakii, hidup itu indah n berarti… 😀
ok mbak
salam kenal
aku andriska syahputra helmi anak management unand.
woooowww
kisah nya sangat inspiring bangat untuk kita semua terutama aku.
semoga aku juga bisa seperti mbak:-)