Emas merupakan unsur  kimia dengan symbol Au ( dalam bahasa latin : Aurum) dengan nomor atom 79. Emas tergolong native element atau unsure murni , hal ini didasarkan pada sifat kimia emas yang relative  tidak reaktif sehingga logam tersebut  dapat didapatkan dalam bentuk murninya walaupun di alam keberadaannya berpadu dengan logam lain. Emas juga tergolong dalam logam mulia mengingat memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibandingkan dengan logam-logam lainnya.  Emas termasuk logam transisi (trivalent dan univalent) yang bersifat lunak, mudah ditempa (malleable), mengkilap, kuning, berat , dan ductile dengan kekerasan berkisar 2.5-3.0 (dalam Skala Mohs). Berat jenis logam ini tergantung pada logam lain yang berpadu dengannya. Berikut merupakan sifat fisik dan kimia unsure emas

1

Gambar 1 : Tabel sifat fisik dan kimia unsure emas

Sumber     : http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian menghasilkan endapan letakan (placer). Endapan emas dikategorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan placer.

Salah satu proses pengendapan emas yaitu dengan bantuan larutan hydrothermal. Larutan hidrotermal merupakan larutan sisa magma yang mudah bergerak yang nantinya akan membentuk endapan logam atau mineral epigenetik (Suganda). Larutan hidrotermal naik kepermukaan melalui zona struktur seperti patahan, rekahan, sesar, maupun kontak lihologi yng kemudia bercampur dengan air meteoric sehingga mengalami proses pendinginan yang akan membentuk urat-urat (vein) dengan  bentuk vein tergantung pada rongga yang dihasilkan struktur. Selama proses pengendapan berlangung, juga terjadi proses alterasi pada batuan yang diterobos sehingga mengalami perubahan sifat fisik maupun kimia batuan seperti perubahan warna, porositas dan tekstur.

2

                Gambar 2 : Proses pembentukan Emas dari proses Hidrotermal

Sumber: https: //www.academia.edu/12182713 /GENESA_MINERAL_EMAS_DAN_CARA_                 PENGOLAHANYA

Sistem hidrothermal berdasarkan tingkat kedalaman, tekanan dan temperaturnya, dikelompokkan menjadi 3 sistem :

  1. Hipothermal, merupakan endapan hydrothermal dengan tekanan dan temperature pembekuan yang relative tinggi, tipe endapannya berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi pada kedalaman yang tinggi. Untuk tipe hydrothermal ini,asosiasi mineralnya berupa sulfides misalnya pirit, galena, kalkopirit,dan oksida besi.
  2. Mesothermal,merupakan endapan hidrotermal dengan tekanan dan temperature yang lebih rendah dibandingkan dengan tipe endapan hipotermal. Untuk tipe ini, endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan bumi, adanya tekstur akibat “cavity filling”.
  3. Epithermal, merupakan tipe endapan hidrothermal yang terbentuk pada temperatur rendah yaitu pada suhu 500 C sampai 300C dan pada kedalaman antara 0-1000m (Hedenquist, 1985).

Keterdapatan emas dialam berupa dua tipe deposit yaitu sebagai urat dan endapan (tipe primer) atau placer deposit. Deposit emas sebagia urat (vein)  biasanya berada pada urat batuan beku,biasanya  kaya akan unsur besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Sedangkan sebagai placer deposit, emas pyang berada pada batuan asal tererosi kemudian terangkut oleh aliran sungai lalu  terendapkan. Pengendapan tersebut dikarenakan berat jenis unsure emas yang tinggi.Pengendapan emas sangat tergantung pada besarnya pH, H2S, oksidasi, pendidihan, pendinginan, dan adsorbs oleh mineral lain pada lingkungan sekitarnya.

Salah satu metode untuk eksplorasi emas yaitu dengan metode Induced Polarization (IP). Metode IP merupakan salah satu metode aktif geolistrik. Dimana pada metode aktif ini suatu arus listrik diinjeksikan kedalam bumi atau melalui permukaan bumi kemudian diukur efek potensialnya. Pada metode IP ini parameter yang diukur berupa tegangan polarisasi atau resistifitas batuan sebagai fungsi frekeunsi. Untuk sifat fisika yang terlibat yaitu berupa kapasitansi listrik (chargebility). Pada metode ini dua buah elektroda ditancapkan kedalam tanah, elektroda tersebut berfungsi menginjeksikan arus kedalam tanah, kemudian beda potensial antara kedua elektroda diukur. Ketika arus telah dimatikan maka akan terjadi tegangan overburden yang disebabkan adanya polarisasi pada elektroda dan waktu peluruhannya tersebut akan diukur sebagai chargebility. Untuk polarisasi sendiri dibedakan menjadi dua yaitu polarisasi membrane dan polarisasi elektroda.

3

Gambar 3 : Jenis –jenis polarisasi

Sumber    :file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016  (Ichwan Adi Surya dan Ignatius Forza Yoga Gautama)

Berikut merupakan model survey metode IP :

4

Gambar 4 : Metode Pengukuran Domain Waktu

Sumber     : file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016  (Ichwan Adi Surya dan Ignatius Forza Yoga Gautama)

5

Gambar  5 : Konfigurasi Elektroda Dipole-dipole

Sumber     : file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016  (Ichwan Adi Surya dan Ignatius Forza Yoga Gautama)6

Gambar  6 : Tabel Resistivitas Batuan

Sumber      : file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016  (Ichwan Adi Surya dan Ignatius Forza Yoga Gautama)

7

Gambar 7 : Tabel Chargebility Batuan

Sumber    : file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016  (Ichwan Adi Surya dan Ignatius Forza Yoga Gautama)

Data- data yang diperoleh melalui survey lapangan tersebut kemudian digabungkan dengan data topografi dan dilakukan pengolahan data dengan proses inverse menggunakan software RES2DINV dan Surfer  untuk menampilkan penampang 2D dan 3D.

8

Gambar 8 : Hasil Inversi Penampang 2D

Sumber    : file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016  (Ichwan Adi Surya dan Ignatius Forza Yoga Gautama)

9

Gambar 9 : Hasil Inversi Penampang 3D

Sumber    : file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016  (Ichwan Adi Surya dan Ignatius Forza Yoga Gautama)

Dengan menampilkan data-data yang sudah didapat menggunakan RES2DINV dan surfer dapat mempermudah dalam hal memprediksi dimana letak persebaran deposit mineral emas tersebut sehingga relative jelas dimana bisa melakukan kegiatan penambangan.

 

 

(Siti Fadzilah, Geofisika 2014)

 

Referensi

Hentu,A.n.d.https://www.academia.edu/12182713/GENESA_MINERAL_EMAS_DAN_CARA_ PENGOLAHANYA. Diakses tanggal 23 Mei 2016

Ichwan Adi Surya & Ignatius Forza Y.G.file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016  .

Latif,A. n.d. Pembentukan Mineral di alam Mineral Emas (Au) {paper}. Balikpapan : Teknik Perminyakan STT Migas.

Leave a comment

Your email address will not be published.