Beberapa abad belakangan ini, metode geofisika seperti seismologi, gravitimeter, pengukuran aliran panas, dan pengamatan medan geomagnetik telah mengubah pandangan kita terhadap interior planet kita sendiri, Bumi. Dengan menggabungkan hasil pengamatan dengan pengukuran laboratorium dari sifat-sifat material dan modeling berdasarkan teori, sekarang kita bisa menentukan secara akurat dan mendasar bagian-bagian Bumi seperti ketebalan kerak, ukuran inti Bumi, komposisi, batas perubahan fase, dan aliran magma pada mantel. Pengukuran detail ini memberikan petunjuk mengenai pembentukan Bumi dan bagaimana planet ini berevolusi sejak terbentuk, 4,6 miliar tahun yang lalu.
Namun, Bumi hanya merupakan contoh versi planet terestrial, untuk memehami lebih dalam tentang formasi dan evolusi planet ‘rumah’, kita harus memperlebar wawasan geofisika lebih jauh, dimulai dengan tetangga terdekat yaitu Bulan dan Mars. Dunia yang ‘berbeda’ ini dapat menjadi tes mendasar terhadap pemahaman kita tentang basic principle dari formasi dan evolusi dan memiliki implikasi pada Bumi dan tatasurya pada umumnya.
Telah ada misi, diskusi, konvensi, dan beberapa bentuk forum yang khusus membahas tentang hal ini, Planetary Geophysics. Bertujuan untuk memadukan planetary science dan Earth science, dan mengetahui pada level mana pengetahuan kita telah berkembang, apa yang hilang, apa yang bisa kita harapkan di masa depan, dan bagaimana kita menggunakan pengetahuan yang telah kita pelajari selama lebih dari 100 tahun tentang geofisika terestrial sebagai ‘pemandu’ dalam eksplorasi luar angkasa yang lebih efektif.
Pemahaman kitan tentang interior planet lain sangat dibatasi oleh ketersediaan data geofisika yang mencukupi. Pada kebanyakan observasi planet pada tatasurya yang kita tempati ini hanya terfokus pada bagian pengukuran dasar seperti
- Massa
- Jari-jari, dimana densitas bias ditentukan dari data tersebut.
- Momen inersia yang menunjukkan konsentrasi massa pada bagian inti.
- Kehadiran (atau ketidakhadiran dalam sebagian besar kasus) medan geomagnetik dinamik dalam skala besar, yang membutuhkan konduktor cair dalam keadaan berkonveksi.
- Perkiraan komposisi utama dari meteorit. (e.g. Shol and Spohn 1997).
Namun, terlalu banyak ‘batasan’ data yang masih belum diketahui. Interpretasi yang terbatasi ketersediaan data sangat tidak membantu dalam membedakan antara formasi tatasurya dan skenario evolusi.
Pengukuran geofisika adalah jendela untuk ‘mengintip’ struktur internal. Sebuah seismometer dapat memberikan data yang penting, namun, jaringan beberapa seismometer menghasilkan data yang maksimum. Pengukuran aliran panas, meski hanya pada satu tempat, memberikan gambaran proses termal internal planet. Namun, variasi iklim pada jangka waktu yang lama (seperti yang terjadi di Mars) bisa mengganggu pengukuran aliran panas. Orientasi pengukuran medan magnetik dan kekuatan lander sangat penting dalam elctromagnetic sounder, memanfaatkan variasi medan magnetik matahari sebagai probes interior planet. Magnetometer yang cocok untuk eksplorasi semacam ini sudah tersedia dan bisa diadaptasikan dengan permukaan planet. Tapi perlu tempat pendaratan yang jauh dari noise magnetik dan terlindungi dari suhu ekstrem.
Tipe ‘kendaraan’ yang ideal untuk instrumen geofisika adalah penetrator. Pendaratan dengan penetrator memberikan cengkraman mekanik yang kuat terhadap batuan tempat landing dan perlindungan dari variasi ekstrem suhu antara siang dan malam. Namun, penggunaan penetrator menimbulkan pertanyaan pada keberlangsungan dan penentuan orientasi instrumen tanpa adanya medan dipol magnetik. Dengan permasalahan yang demikian, pengukuran geodesi bisa mengambil alih fungsi navigasi dengan sistem dan perangkat kerasnya.
Pada planetary exploration, medan yang berupa daratan menjadi minat utama para peneliti dengan kemungkinan keberadaan volatil yang terekspos pada penampakan geologi yang terbentuk dengan bantuan angin atau air. Targetnya termasuk aliran lava, dataran yang tidak teratur atau fractured, tebing, batuan yang menggantung, tafoni (fitur batuan yang berbentuk seperti gua kecil pada batuan granular seperti batupasir, granit, dan batugamping pasiran), daerah yang terimbas fracture, dune, dan dataran pilogonal atau periglasial. Sedangkan, eksplorasi bawah permukaannya terfokus pada daerah yang menyerupai gua, lantai gua diasumsikan sebagai medan yang datar karena sifat formasi vulkanik, lapisan sedimen, tabung lava yang ditemukan pada Bulan dan Mars.
Pemilihan target observasi sangat krusial karena menyangkut perbedaan kondisi daerah pengamatan. Daerah tersebut berfungsi sebagai ‘awetan’ material yang terperangkap dari masa lampau si planet dan memberikan petunjuk pada sejarah paleoiklim dan aktivitas matahari dulunya. Dapat juga memberikan satu set lingkungan yang memiliki diversitas organisme yang hidup dalam lingkungan ekstrem (organisme extremofil) yang diduga sebagai ‘pengungsi’ dari bentuk kehidupan terakhir yang ada pada planet Mars, dimana kondisi permukaan yang sangat tidak ramah untuk kehidupan. Agar lebih mengetahui bagaimana penerapan ilmu geofisika di luar angkasa, kita akan melihatnya langsung pada obyek stellar.
BULAN
Stasiun seismik pasif terinstal pada permukaan bulan pada misi Apollo 11, 12, 14, 15, dan 16. Stasiun 11 hanya beroperasi selama 21 hari Bumi sebelum putus hubungan. Empat sisanya masih terhubungan dengan jaringan Apollo. Jaringan ini hanya meliputi bagian depan tengah bulan pada kira-kira segitiga samasisi dengan sisi sepanjang 1100 km. Setiap stasiun seismik pasif terdiri dari tiga seismometer, sensor yang digunakan sensitif terhadap gerakan vertikal pada frekuensi tinggi.
Daerah procellarum adalah daerah luas pada bulan yang dikarakteristikkan dengan elevasi yang rendah. Kerak yang relatif tipis, konsentrasi tinggi dari elemen-elemen yang bisa memproduksi panas. Procellarum telah diinterpretasikan selama ini sebagai basin impact dengan diameter sekitar 3200 km. Disini digunakan data dari Gravity Recovery and Interior Laboratory (GRAIL) untuk menguji struktur bawah permukaan Procellarum. Hasilnya menunjukkan pola batasan hampir persegi yang diinterpretasi sebagai lembah tersuplai dari sistem vulkanik.
Metode yang digunakan adalah GRAIL Bouguer gravity data (medan gravitasi terkoreksi oleh topografi permukaan) dan gradien gravitasi. Daerah Procellarum bounded oleh sabuk sempit gradien gravitasi negatif dan anomali gravitasi positif, mengindikasikan zona dengan kontras densitas positif pada bawah permukaan.
Analisis dari data GRAIL menunjukkan bahwa hampir 99% dari sinyal gravitasi berupa sinyal dengan panjang gelombang yang pendek muncul dari efek topografi. Namun, sisa 1% dari sinyal tersebut mengandung informasi tentang variasi densitas kerak. Sinyal berfrekuensi tinggi berada diatas batas noise, dan sering kali tidak memiliki hubungan yang jelas dengan fitur yang ada pada permukaan.
Studi ini menguji penjelasan berbeda atas sumber-sumber anomali. Anomali Bourguer derajat rendah pada bawah permukaan menyebabkan amplifikasi derajat tertentu. Dalam studi ini, difokuskan pada area kecil pada bulan yang kurang memiliki fitur skala besar seperti daerah impact dengan diameter lebih dari 80 km yang akan mendominasi anomali gravitasi.
Jadi, GRAIL Bourguer gravity anomalies dan gradien gravitasi menunjukkan sebuah pola anomali linear yang sempit yang membatasi area Procellarum, diinterpretasikan sebagai sisa celah pasir yang terisi magma yang sudah membeku tersuplai oleh dike dalam sistem plumbing magma pada vulkanisme didekatnya.
MARS
Selain Bulan sebagai tetangga dekat dalam tatasurya kita, planet Mars adalah contoh lainnya. Topografi Mars pada dataran utara 5 km lebih rendah dari bagian selatan. Penyebabnya diperkirakan adalah aliran mantel pada masa awal Mars (Zuber 2001).
Aliran seperti ini tergantung pada viskositas yang disebabkan oleh serangkaian perubahan fase olivine-spinel-perovskite, yang terjadi di dekat batas mantel-inti (Spohn et al.1998). Di Bumi, planet yang memiliki gravitasi lebih besar dan gradien tekanan internal yang lebih curam, perubahan fase seperti itu hanya akan terjadi pada zona transisi sekitar kedalaman 660 km. Sedangkan Mars memiliki gravitasi lebih kecil, tekanan yang dibutuhkan hanya dapat dicapai hingga zona mendekati inti planet. Namun, karena unkuran inti Mars belum bisa dipastikan, ketebalan mantel juga belum bisa ditentukan, apakah cukup tebal untuk mencapai tekanan yang dibutuhkan agar terjadi perubahan fase olivine-spinel-perovskite. Ini adalah pertanyaan yang bisa dijawab dengan mudah dengan seismologi.
Ada bukti yang meyakinkan jika Mars memiliki atmosfer yang lebih tebal, kondisi yang lebih ramah, dan air pada fase cair untuk beberapa juta tahun. Air terlibat pada banyak proses geologi dan biologi dan banyak memiliki sifat tidak biasa. Ada banyak metode yang bisa mendeteksi keberadaan air, kebanyakan bergantung pada pendeteksian gerakan sebagian atau seluruh tubuh air. Beberapa metode geofisika yang bisa diterapkan dalam eksplorasi air pada planet Mars:
a. Infrared
Gerakan melekuk dan merenggang dari ikatan atom hidrogen-oksigen di dalam molekul air menimbulkan sifat yang unik pada spektrum inframerah yang bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan dan volume air. Sayangnya, jarak penetrasi hanya beberapa mikron (10-6 meter), sehingga terbatas pada karakterisasi permukaan dan tidak cocok untuk explorasi bawah permukaan.
b. Neutron
Neutron berceceran pada cross section hidrogen pada air, memungkinkan pendeteksian air, metode yang umum digunakan pada logging sumur minyak dan sumur air. Tapi, membutuhkan sumber neutron dan penetrasinya hanya sepersepuluh sentimeter (10-3 meter), membatasi survey bawah permukaan. Gamma Ray juga sering digunakan, dan juga terbatas pada penetrasi sepersepuluh sentimeter.
c. NMR
Nuclear Magnetic Resonance adalah metode yang memanfaatkan presisi perputaran proton selagi orientasi medan magnetik berubah. Pada aplikasi terestrial, satu medan magnetik ‘disediakan’ oleh Bumi dan sebuah medan buatan agar proton bisa bergerak. Frekuensinya berada atau dibawah jangkauan kilohertz, memungkinkan untuk penetrasi yang dalam, namun ketidaktersediaan medan magnetik pada Mars ditambah lagi daya dan berat yang dibutuhkan untuk menciptakan dua medan megnetik buatan di Mars akan sangat mahal (dalam hal biaya). NMR bisa mengukur kandungan air (fase cair) pada campuran tanah-air-es. Kehadiran mineral magnetik bisa membantu interpretasi pengukuran NMR.
d. Eletrikal
Tanpa adanya air, hampir semua batuan dan sebagian besar mineral adalah isolator yang baik, yang bisa semakin konduktif dengan tambahan air. Indikasi paling senstitif keberadaan air adalah resistivitas elektrik atau pengukuran konduktivitas, yang bisa mendeteksi kuantitas air terserap lebih kecil dari monolayer. Metode ini dapat menembus hingga kedalaman beberapa kilometer, namun membutuhkan kontak dengan tanah (tidak cocok untuk observasi udara). Potensial arus bergantung pada respon elektrokinetik air yang bergerak melewati kekar atau material berpori, membutuhkan kontak dengan tanah, dan hanya bisa mendeteksi respon melalui fluktuasi tekanan air yang sudah diketahui pada waktu itu (cuaca, musin, dan iklim) kalau tidak, hasil pengukuran akan ambigu dengan beberapa proses-proses elektrokimia.
Relaksasi (kembali pada keadaan setimbang setelah terjadi gangguan) dielektrik dari polarisasi orientasional molekul air menghasilkan indikasi unik mendekati 10 GHz, namun dengan frekuensi tersebut penetrasinya menjadi kurang dari satu meter. Relaksasi dielektrik yang mirip terjadi pada es beberapa KHz dan untuk es clathrate hydrate mendekati beberapa MHz. Relaksasi-relaksasi tersebut dapat diukur pada kedalaman beberapa ratus meter menggunakan metode elektrostatik kapasitatif dan teknik elektromagnetik.
e. Elektromagnetik
Metode ini merespon pada sifat elektrikal dan magnetik tanah dan batuan. Meliputi metode perambatan gelombang frekuensi tinggi dan frekuensi rendah. Tidak memerlukan kontak dengan tanah dan bisa dilakukan pada permukaan (dengan batasan-batasannya), pesawat, atau pada orbit. Di frekuensi terendah, respon elektromagnetik secara dominan dikontrol oleh konduktivitas elektrik dan geometri, dan pada frekuensi tertinggi, dikontrol oleh premitivitas dielektrik dan geometri. Saat pengukuran elektromagnetik, sifat magnetik adalah hal yang penting, namun di Mars, sedikit pengetahuan tentang sifat dinamis mineral magnetik.
f. Seismik
Sifat elastis juga merespon terhadap pergerakan air. Kualitas fakor yang berhubungan dengan atenuasi seismik (Q) pada Bulan adalah pada nilai puluhan sampai ribuan karena tidak ada cairan yang bergerak dan kehilangan energi lewat proses dispersi viscous. Berbeda jauh dengan Bumi, nilai Q hanya sekitar puluhan karena keberadaan fluida. Pengamatar secara umum pada Mars, nilai Q tinggi dan mirip dengan Bulan.
Air dan es juga memproduksi relaksasi elastis serupa dengan relaksasi dielektrik. Sayangnya, dalam jangkauan kilohertz dimana bisa diamati, perambatan gelombang akustik menunjukkan atenuasi yang sangat tinggi pada tanah yang kurang padat dan menjadi tidak fokus pada blok berukuran 1 meter lebih, jadi kedalaman pengamatan terbatas pada puluhan meter. Jika, baik relaksasi dielektrik dan elastik diamati, bisa menjadi identifikasi yang unik dari air es, dan frekuensi relaksasi mengindikasikan temperatur es, sedangkan amplitudo relaksasi mengindikasikan jumlah es yang ada.
g. Seismoelektrik
Perambatan gelombang elastis melewati material berpori yang mengandung air menyababkan air tersebut bergerak relatif terhadap material yang ditempati, menghasilkan potensial berarus. Kombinasi sumber seismik dengan respon elektrik adalah proses berpasangan yang disebut efek elektroseismik. Service company air dan minyak memegang teguh harapan bahwa efek ini bisa digunakan untuk mengukur konduktivitas fluida tanah. Pada lingkungan terestrial, ini adalah pengukuran yang sulit dan efeknya tidak sepenuhnya dipahami. Namun, pada lingkungan dengan noise seismik dan elektromagnetik rendah seperti Mars (angin diabaikan), metode ini mungkin yang paling cocok untuk mengidentifikasi keberadaan air beberapa kilometer dibawah permukaan tanah.
Untuk fokus pada air, jika frekuensi seismik rendah menunjukkan nilai Q rendah dan konduktivitas elektrik tinggi, dan tidak ada tanda-tanda unik elektrokimia dari mineralogi reaktif, maka prosesnya dibuat berpasangan. Eksplorasi air dan es di Mars, dimulai dengan metode elektromagnetik yang implementasinya paling mudah, dan berganti pada pencarian yang lebih dalam dengan proses berpasangan seismik dan seismoelektrik. Untuk mengindentifikasi air, digunakan relaksasi dielektrik dan elastis atau proses berpasangan seismoelektrik.
TITAN
Saturnus pertama kali diamati oleh Galileo pada tahun 1610 tapi baru tahun 1655, Christian Huygens menemukan satelit alam Saturnus yang paling besar, Titan. Empat tahun kemudian dia berhasil mengidentifikasi bahwa Saturnus memiliki cincin. Diantara tahun 1671 dan 1684, Jean-Dominique Cassini menemukan bulan Saturnus yang lain, Japetus, Rhea, Thethys, dan Dione, yang sekarang disebut sebagai Cassini division. Saturnus adalah salah satu planet utama dalam tatsurya kita dengan massa 95 kali lipat Bumi, planet terbesar kedua setelah Jupiter.
Titan, bulan terbesar planet Saturnus, senantiasa menyuguhkan misteri pada setiap tahap eksplorasi pada satelit alam ini. Selama tiga dekade ini setelah atmosfer berkabutnya ditemukan pada 1940, perdebatan muncul apakah atmosfernya berupa lapisan tipis metana atau tameng rapat metana dan nitrogen.
Untuk mengetahuinya dilakukanlah beberapa pengukuran, salah satunya adalah pengukuran geofisika. Memfokuskan pada struktur interior Titan, grup studi yang dipimpin oleh Jennifer Jackson tentang “Geophysical and Physical Properties of Titan”. Aplikasi seismologi yang sukses dilakukan di Titan memberikan kesempatan untuk studi model siklus formasi volatil, derajat aktivitas tektonik, jumlah dispersi tidal interiornya, proses permukaan oleh tubuh es, dan menguji keberadaan lapisan cair. Dengan seismologi, bisa didapat informasi yang konkret pada sifat interior planet es maupun planet yang mirip dengan Bumi, untuk memahami hubungan antara interior Titan dan atmosfernya. Sebagaimana pada Bumi, aktivitas tektonik sangat mempengaruhi topografi permukaan dan persebaran volatil.
Metode seismik disebut dengan metode tradisional, sedangkan metode non-tradisionalnya adalah menggunakan ambient noise. Penggunaan cross korelasi dari ambient seismic noise dengan beberapa aplikasi pada Bumi dan planet lain telah menjadi sorotan Physics Today. Fungsi Green antara dua stasiun bisa didapat dari cross korelasi pada noise yang terekam. Sebagai contoh, gelombang permukaan dan utama bisa dihasilkan dari angin dan loading danau musiman.
Kenapa menggunaka metode ini?
Sebagai alternatif, berpotensi sebagai revolusi seismologi, Microelectromechanical System (MEMS) dan teknologi cryo telah siap untuk menjawab tantangan Titan yang membutuhkan sensitivitas terhadap kondisi lingkungan, pengamatan pada Titan sebagai sumber Ambient Seismic Noise (ASN), pengaplikasian dalam waktu dekat pada Bumi: seismologi, mitigasi, dan eksplorasi.
AUDIFIKASI
Konsep audificated seismogram telah beredar pada artikel yang sepertinya kurang mendapat sorotan membahas sonifikasi namun hanya tiga paper yang didedikasikan secara khusus pada topic ini. Ditahun 1961 S. D. Speeth mengenalkan ide ‘seismometer sound’, seperti yang beliau sebut, untuk membedakan gempa alam dari ledakan atomik. Dan didukung oleh G. E. Frantti dan L. A. Leverault pada 1965 dan diuji coba bahwa pendengar terlatih bisa membedakan antara gempa dengan ledakan atomik dengan keberhasilan 67,5%.
Bagaimana mungkin bisa mendengarkan aktivitas Bumi dan membuat gempa bisa didengarkan? Data utama seismologi diekspresikan dalam seismogram dengan plot pergerakan Bumi terhadap waktu. Gelombang seismik mengikuti sifat fisika yang sama dengan geombang akustik. Auditori seismologi adalah metode yang menjanjikan dalam pendekatan data seismik. Hubungan dekat antara gelombang udara dari akustik dan tubuh gelombang pada seismologi memungkinkan audifikasi. Transformasi dari data seismik menjadi suara hampir tidak diragukan lagi. Gempabumi menghasilkan karakteristik akustik yang sulit untuk ditampilkan secara visual. Zona subduksi dan zona pemekaran memiliki suara gempa yang berbeda. Sinyal yang dihasilkan tersembunyi oleh noise yang secara akustik mudah dikenali. Quality control selama perekaman data mudah dilakukan.
Dalam konteks ini, eksperimen dilakukan pada data terestrial yang memiliki sifak sangat berbeda dengan planet-planet lain. Suara adalah vibrasi mekanik yang merambat melalui medium elastis, misalnya udara (atmosfer). Jika metode geofisika yang lain sudah bisa diadaptasikan penggunaannya di luar angkasa, maka audifikasi gelombang seismik ini masih butuh pengembangan lebih jauh lagi agar bisa diaplikasikan pada planet yang memiliki atmosfer tipis atau bahkan tidak memiliki atmosfer.
Referensi:
- Andrew-Hanna, J. C et al. 2014. The Geophysical Nature of The Procellarum Region of The Moon As Revealed by Grail Gravity Data. 45th Lunar and Planetary Science Conference, 2679.
- Burg, Brian. 2006. Thermal Control Architecture for Planetary and Lunar (Sub-)Surface Exploration Robots. Eidgenӧssische Technische Hochschule, Zurich (ETH). Diploma Thesis.
- Dombois, Florian. 2001. Using Audification in Planetary Seismology. German National Research Center for Information Technology Institute for Media Communication. Augustin, Germany.
- Elkins-Tanton L, may L. 2010. Planetary Science Decadal Survey Mars Geophysical Network. Mars Geophysical Network. National Aeronautics and Space Administration.
- Greer, Julia R et al. 2010. Future Missions to Titan: Scientific and Engineering Challenges. California Institute of Technology, University of Arizona, Jet Propulsion Laboratory, California Institute of Technology.
- Guillot T, Atreya S, Charnoz S, Doughetry M K, Read P. 2009. Saturn’s Exploration Beyond Cassini-Huygens. “Saturn after Cassini-Huygens” (eds. Dougherty et al.), Springer, pp. 745-761.
- Jansen, J. C et al. 2014. Small-Scale Density Variations in The Lunar Crust As Seen in Grail Data. 45th Lunar and Planetary Science Conference, 2730.
- Lognonné, Philippe. 2012. Planetary Seismology and Geophysics. Institut de Physique du Globe de Paris, Université Paris Diderot, France.
- Lognonné, Philippe. Planetary Seismology: Introduction And Some Possible Innovations. Institut de Physique du Globe de Paris, Equipe Géophysique Spatiale et Planétaire Saint Maur des Fossés, Université de Paris-Diderot, France.
- Lognonné P1, Johnson C2. Planetary Seismology. Institut de Physique du Globe de Paris1; Earth and Ocean Sciences. University of British Columbia, Vancouver, Canada2.
- Lorenz, Ralph D. 2006. The exploration of Titan. John Hopkins Apl Technical Digest, Vol 27, Num 2.
- Meyer C, Treiman A H, Kostiuk T.(eds). 1995. Planetary Surface Instrument Workshop. Lunar and Planetary Institute. Houston, Texas.
- Olhoeft, Gary R. 2001. Subsurface Geophysical Detection Methods to Uniquely Locate Water On Mars. Department of Geophysics, Colorado School of Mines.
- Olhoeft, Gary R. 2003. Subsurface Exploration For Water On Mars. Department of Geophysics, Colorado School of Mines.
- S. Kedar, H. K. M. Tanaka, C. J. Naudet, C. E. Jones, J. P. Plaut, and F. H. Webb. 2013. Muon radiography for exploration of Mars geology. Geoscientific Instrumentation Methods and Data Systems, 2, 157–164.
- Schulze-Makuchi, Dirk; Grinspoon, David H. 2005. Biologically Enhanced Energy and Carbon Cycling on Titan. ASTROBIOLOGY Volume 5, Number 4, 2005. Mary Ann Liebert, Inc.
- Spilker, Linda J (ed). 1997. Passage to a Ringed World. Jet Propulsion Laboratory California Institute of Technology. National Aeronautics and Space Administration Washington, D.C.
- Teany, Nick and Bowles, Neil. 2010. The Future of Planetary Geophysics. Astronomy and Geophysics, 51, 2.22-2.25. Diakses dari http://astrogeo.oxfordjournals.org/ pada 24 November 2015.
- Tobie G, Lunine J.I, Monteux J, Mousis O, Nimmo F. The Origin and Evolution of Titan
- Yamada R. The Description of Apollo Seismic Experiments
Laila Annafi, Geofisika 2014